Tepat
satu pekan lalu saya dan teman- teman saya dari Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung berangkat ke Taman wisata alam Gunung Puntang mengendarai
sepeda motor. Kami berangkat ke Gunung Puntang dalam rangka acara berlibur jurusan
kampus. Kami berada di Taman wisata alam
Gunung Puntang selama 3 hari 2 malam. Di sela-sela kegiatan tersebut kami
menyempatkan untuk melepas penat.
Untuk tempat menginap sendiri kami
mendirikan tenda di camping ground yang telah disediakan. Lokasi camping
ground (area berkemah) yang kami dirikan berada dekat Gua Belanda dan
sisa-sisa bangunan peninggalan sejarah. Suasana yang bisa dikatakan sangat jauh
berbeda dengan suasana perkotaan. Di sini kami bisa terbebas dari hiruk pikuk
kota metropolitan. Alam yang sejuk membuat pikiran tenang dan sesekali
termenung mengagumi keindahan alam yang tersaji di sini.
Ditemani suara kicauan burung yang
saling bersahutan serta suara owa, kami berkeliling di Taman wisata alam Gunung
Puntang. Tiupan angin dari pepohonan yang rindang dan juga tinggi dapat membuat
badan kita terasa sejuk Namun ada hal
aneh yang bisa ditemukan di sini dan bisa membuat kita menggeleng-gelengkan
kepala. Bahkan hal aneh tersebut bisa kita jadikan bahan gurauan.
Betapa tidak, di dekat area camping
ground yang kami tempati, tepatnya di belakang sisa-sisa bangunan sejarah
terdapat jajaran kloset jongkok. Ya, hal ini cukup aneh, karena jajaran kloset
jongkok tersebut dibiarkan terbuka tanpa penutup dan pembatas seperti halnya
fasilitas MCK (mandi cuci kakus). Entah
karena pembangunan toilet umum yang belum tuntas atau karena memang (ada) unsur
kesengajaan dari pihak terkait untuk ‘hiburan’ para pengunjung atau bahkan.
Sekali lagi hal ini membuat kami tidak habis pikir.
Baik, hal aneh di atas yang saya
ceritakan hanya untuk pengantar saja. Hanya sedikit dari banyak pengalaman dan hal yang saya dan teman –teman
saya alami selama berada di Gunung Puntang. Selanjutnya saya ceritakan apa saja yang saya dan teman-teman saya
lakukan selama berada di sana.
Hari pertama kami berada di Taman wisata alam Gunung
Puntang, kami mendirikan tenda terlebih dahulu. Karena kalau tidak mendirikan
tenda, kami mau tidur di mana. Setelah tuntas mendirikan tenda kami menyiapkan
makan untuk makan siang . Kebetulan kami tiba di sana seusai ibadah sholat jum’at.
Ya, seperti biasa makanan yang kami
masak adalah mie rebus ditemani nasi dan telur. Memang hanya itu yang bisa kami
makan selama berada di sana. Karena tidak mungkin juga jika kami harus membawa
bahan-bahan masakan untuk membuat makanan yang bercita rasa restoran seperti
ayam goreng dan pizza.Kalaupun kami ingin makanan tersebut kami harus
mencarinya ke luar taman wisata alam. Kalaupun menggunakan jasa antar makanan
berbasis transportasi online mana ada yang mau mengantarkannya ke sini.
Untuk tempat peralatan memasaknya
kami membawa wajan kecil, kompor kecil,
gas 3 kg, baskom kecil dan sodet. Untuk berjaga-jaga jikalau gas habis kami
juga sudah membawa kayu bakar atau potongan-potongan ranting dan batang pohon
yang biasa disebut suluh dalam Bahasa Sunda. Untuk minum sendiri kami
membawa sekitar 20 botol.
Masih di hari pertama, sore harinya
kami berkeliling di sekitar area Taman wisata alam Gunung Puntang. Ya, sama
seperti kita, di sana juga banyak para pengunjung beserta keluarganya yang
berkemah dan ada juga dari anak-anak pramuka. Di tengah-tengah perjalanan juga
kami mampir dulu ke warung untuk sekadar beristirahat sejenak dan
mengisi perut. Ya, walaupun harga beberapa makanan ataupun minuman yang dijual
di warung-warung di sana ‘agak’ mahal, tapi cukuplah memenuhi kebutuhan perut
kami daripada tidak makan sama sekali.
Malam harinya kami ngobrol-ngobrol
dan heureuy (bercanda) sambil ditemani sereal hangat untuk mengahangatkan badan
karena dinginnya malam. Walaupun dingin tapi kami tetap senang karena bisa
melepas penat kami. Selepas itu kami pun tidur. Salah satu dari kami ada yang
memiliki kebiasaan aneh saat tidur. Dia harus tidur menggunakan helm saat
tidur. Terdengar konyol memang, karena kami saat itu berada di daerah
pegunungan yang suhunya dingin. Coba kalian bayangkan saat berada di daerah pegunungan
(biasanya) semakin tinggi daerah tersebut, semakin berkurang pula oksigen yang
tersedia. Lalu salah satu teman kami
menggunakan helm saat tidur. Bisa mati konyol dia karena hal tersebut.
Keesokan harinya kami pun menyiapkan
sarapan pagi. Setelah sarapan, kami pun mengikuti kembali kegiatan yang sudah
ditentukan jadwalnya. Tak lupa kami mandi untuk menjaga kebersihan tubuh,
walaupun dinginnya sampai ke
tulang yang membuat badan kami cukup ngagorejat. Setelah itu kami mencari potongan dahan atau kayu
kering untuk persiapan api unggun malam hari dan untuk memasak.
Siang harinya kami pun berdiskusi
mengenai kegiatan apa saja yang akan kami lakukan pada malam hari seperti kegiatan jurit malam.
Di saat kami sedang serius berdiskusi
ada salah satu teman kami yang selalu bercanda.
Dia memang nyaris tidak pernah serius saat kami berdiskusi. Hal itu pun
menjadi hiburan tersendiri bagi kami. Setelah kami berdiskusi kami beristirahat
sejenak dan makan siang.
Sore harinya kami menyiapkan segala
keperluan untuk kegiatan jurit malam tersebut. Karena memang medan atau jalur
yang kami lalui untuk kegiatan jurit malam tersebut cukup berat. Sehingga kami
harus melakukan persiapan yang benar- benar matang. Karena saat kegiatan
tersebut, kami tidak hanya membawa tangan kosong dan lampu senter, kami juga
membawa persediaan makanan selama kegiatan jurit malam berlangsung.
Waktu pun mulai malam, kami makan
malam terlebih dahulu sebelum mengikuti kegiatan tersebut. Kemudian kami
melakukan persiapan dan briefing terakhir terkait acara tersebut.
Setelah itu kami pun tidur sejenak untuk menyegarkan badan. Waktu yang
ditunggu-tunggu pun tiba. Tepat pukul 00.00 dini hari kami memulai kegiatan
jurit malam tersebut. Sebelum berangkat kami pun membagi-bagi tugas. Diantara
dari kami terutama perempuan, mereka mendapat tugas menjaga tenda. Sedangkan laki-laki ada yang berjaga di area perkemahan
dan ada yang berangkat ke jalur jurit malam.
Dengan keadaan kami yang masih agak
mengantuk, kami berjalan menyusuri jalan yang gelap menuju jalur jurit malam
sambil membawa dus yang berisi minuman dan makanan. Di tengah perjalanan kami
berhenti sejenak untuk beristirahat untuk minum dan meluruskan badan. Karena
memang barang yang bawa cukup berat dan
lokasi jurit malam pun cukup jauh dari area kemah kami. Setelah itu kami pun melanjutkan
perjalan. Dengan hati-hati kami berjalan menuju lokasi ditemani sinar bulan dan
bintang yang berkelip di langit. Kami membutuhkan waktu sekitar 15-25 menit
untuk tiba di lokasi.
Sesampainya di lokasi kami pun
langsung menuju ke jalur masing-masing. Namun entah mengapa jalur yang kami
lewati seakan sangat jauh dan seakan-akan kami dibawa berputar- putar. Mungkin
karena suasana gelap membuat kami merasa aneh. Walaupun saat itu kami juga
ditemani oleh seorang pemandu. Jalur yang dilaluinya pun bisa dikatakan cukup
terjal sehingga kami harus sangat berhati-hati. Kegiatan jurit malam tersebut
ditargetkan tuntas sesudah subuh.
Sekitar tiga jam kami berada di jalur jurit malam tersebut,
sambil menunggu teman- teman kami yang lainnya tiba, kami pun beristirahat dan
membaringkan badan kami di atas kain yang kami bawa. Sambil ditemani kopi
hangat kami pun sesekali ngobrol-ngobrol tentang perjalanan kami menuju
lokasi jurit malam ini. Beberapa di antara kami ada yang tertidur karena
kelelahan akibat kegiatan yang diikutin pada hari sebelumnya sangat padat
Sekitar 1, 5 jam berselang ,
akhirnya teman-teman kami yang lain tiba. Setelah kami semua berkumpul, kami
pun kembali melanjutkan perjalanan untuk kembali ke area berkemah dan tidak
terasa kegiatan tersebut telah usai. Saat tiba di area berkemah, kami pun
langsung beristirahat sekitar 3 jam. Kemudian sekitar jam setengah 10 pagi kami
pun bangun dan sarapan. Setelah itu beberapa dari kami ada yang langsung mandi
karena badan yang penuh keringat setelah mengikuti kegiatan jurit malam dini
hari tadi.
Tak terasa di hari yang terakhir ini
kami hampir menuntaskan seluruh kegiatan. Di hari terakhir ini kegiatan kami
banyak diisi oleh hiburan. Kemudian dilanjutkan dengan makan siang. Setelah itu
ada kegiatan ramah tamah. Hal tersebut
diadakan agar keakraban diantara kami semakin terjalin dan semakin kuat satu
sama lain.
Setelah semua rangkaian kegiatan
jurusan kami tuntas, kami pun bersiap-siap untuk kembali ke Bandung. Kami pun
merapikan tenda yang kami dirikan dan berkemas untuk pulang. Kami pun berangkat
kembali ke Bandung sekitar pukul setengah lima sore. Walaupun kami sangat lelah
selama mengikuti rangkaian acara tersebut, namun kami tetap senang dan gembira.
Setidaknya kami mendapat pengalaman berharga bagaimana cara menghargai alam dan
bagaiamana bertahan hidup di alam bebas. Tidk hanya itu, kami juga dapat mempererat tali silaturahim,
menambah keakraban dan menjaga kekompakan .
Mungkin sekian pengalaman saya dan
teman-teman selama berada Taman wisata alam Alam Gunung Puntang. Semoga menghibur para
pembaca. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar