Kemacetan
menjadi masalah klasik bagi kota-kota besar di dunia terutama di Indonesia.
Bagi kota-kota besar bahkan kota metropolitan, kemacetan seperti sudah menjadi
‘keluarga’ yang tak dapat dipisahkan dari kota tersebut. Seakan tak ada
habisnya, semakin hari kemacetan semakin menjadi seperti siluman yang menjadi
momok yang menakutkan bagi masyarakat urban.
Bagi masyarakat
perkotaan terutama,kemacetan mungkin bisa berbuah malapetaka pada hidup mereka.
Pasalnya banyak waktu yang terbuang di jalanan hanya untuk ‘menikmati’
kemacetan padahal tugas dan pekerjaan mereka di kantor sudah menanti dengan
setia. Bagi mereka membuang-buang waktu hingga berjam-jam di jalanan karena
kemacetan sama halnya dengan membuang-buang ‘rupiah’ yang mereka cari.
Namun
pertanyaannya apa dan siapa penyebab kemacetan lalu lintas? Pertanyaan tersebut
seakan belum terjawab sampai sekarang. Jika kita (hanya) melihat dari satu
sisi, pasti titik permasalahan kemacetan (semuanya) berada di pemerintah. Namun
marilah kita berpikir tidak hanya dari satu sisi. Mari kita berpikir terbuka
terkait masalah ini. Ada beberapa penyebab kemacetan sebenarnya. Tidak semuanya
kita dapat menyalahkan pemerintah. Bisa jadi penyebab kemacetan itu karena ulah
dan perilaku bahkan mindset kita sendiri.
Berikut
saya uraikan apa dan siapa penyebab kemacetan lalu lintas.Mungkin dapat
membantu anda untuk lebih berpikir terbuka.
1.Penyebab
kemacetan bisa disebabkan oleh jumlah kendaraan yang tak sebanding dengan
panjang jalan yang tersedia. Jumlah kendaraan yang sangat banyak berpotensi
bahkan menjadi penyebab kemacetan yang utama.Jumlah kendaraan yang semakin hari
semakin meningkat tak dibarengi dengan penambahan panjang jalan raya. Sebagai
contoh,kita pilih DKI Jakarta yang pertumbuhan kendaraan mencapai 20% setiap
tahun. DKI Jakarta dipenuhi 13 juta unit kendaraa bermotor, terdiri 10 juta
unit sepeda motor dan 3 juta unit mobil.
Setiap harinya
pertambahan jumlah kendaraannya sangat fantastis. Sedangkan penambahan jalan
hanya sekitar 0,5% setiap tahunnya. Bayangkan saja menurut data Polda Metro
Jaya setiap harinya terdapat 2000 kendaraan baru di Jakarta. Terdiri dari 1500
sepeda motor dan 500 kendaraan roda empat. Jika kita hitung dan kita kalikan
setahun akan muncul jumlah yang cukup mencengangkan .2000 kendaraan/perhari x
365 hari= 730000 unit kendaraan bermotor dan angka tersebut cukup tinggi dan
fantastis. Bisa kita perkirakan dalam waktu 4-5 tahun saja akan bertambah
sebanyak 3 juta kendaraan lebih. Apalagi pertumbuhan kendaraan bermotor setiap
tahunnya meningkat.
2.Perilaku
pengemudi juga berperan besar dalam masalah kemacetan. Perasaan tidak sabar dan
tidak tertib dalam mengemudi menjadi penyebab kemacetan. Kebiasaan menerobos
lampu merah dan mengemudi dengan kecepatan tinggi yang berpotensi menyebabkan
kecelakaan,bisa turut menyumbang penyebab kemacetan. Menerobos lampu merah dapat
menyebabkan arus kendaraan dari arah lain akan terhambat. Bahkan ada seorang
warga asing yang kesal dengan pengemudi Indonesia yang mengemudi secara zig-zag
yang sebenarnya dapat membahayakan juga. Jika mengemudi secara zig-zag di
jalanan,kita dapat membuat jalan menjadi kacau. Karena biasanya kendaraan yang
ada di belakang kita akan mengikuti hal yang sama,sehingga menghambat kendaraan
lain yang jalannya tertutup karena pengemudi yang berjalan zig-zag.
3.Ulah
supir angkutan umum yang tidak tertib menjadi salah satu penyebab kemacetan
lalu lintas. Mayoritas pengemudi angkutan umum di kita tidak tertib dalam
mengemudi dan dalam peraturan. Mereka seolah-olah tidak peduli atau bahkan
tidak mengerti arti rambu-rambu lalu lintas yang terpampang.Contohnya angkutan
kota yang biasa kita sebut angkot yang berhenti di bawah rambu
larangan STOP. Mayoritas para pengemudinya tidak taat peraturan. Mereka
beralasan berhenti di situ karena menunggu penumpang dan tak ada tempat lain
untuk menunggu penumpang.Padahal sudah disediakn halte untuk pemberhentian
angkutan umum. Namun ada juga supir angkutan umum yang tertib dalam berkendara
dan menaati rambu-rambu yang patut kita apresiasi.
4.Mindset
kita sendiri. Mindset atau pola pikir kita menjadi yang paling penting
dalam masalah ini.Masih banyak masyarakat kita yang ber-mindset bahwa
menggunakan kendaraan pribadi lebih cepat dan efisien waktu.Namun tanpa
disadari mereka sendiri juga telah menyumbang kemacetan. Bayangkan jika suatu
kota berpenduduk 2 juta jiwa hampir 80% menggunakan kendaraan pribadi,pasti
akan menimbulkan kemacetan yang cukup parah.Yang terpenting saat ini adalah
bagaimana cara mengubah pola pikir kita untuk menggunakan dan mulai beralih ke
angkutan umum atau transportasi massal.
Jika suatu kota
terdapat bis kota atau Bus Rapid Transit (BRT) berkapasitas 80 orang dan itu
bis tersebut terisi penuh,itu sama dengan mengurangi 40 mobil di jalan
raya yang rata-rata berisi 2 penumpang. Karena dengan menggunakan angkutan umum
atau transportasi massal kita juga turut berperan mengurangi kemacetan.
Transportasi
massal atau angkutan umum yang belum memadai dan belum memuaskan bisa
menjadi bahan paertimbangan masyarakat untuk belum bahkan tidak menggunakan
trasnportasi massal. Mulai dari sarana dan prasarana penunjang harus
ditingkatkan dan diperbaiki pemerintah. Hal tersebut dilakukan untuk
meningkatkan kualitas transportasi massal agar masyarakat secara perlahan (mau)
berpindah ke trasnportasi massal tersebut.
5.Syarat
pembelian kendaraan bermotor yang cukup murah menjadi suatu masalah yang juga
patut diperhatikan. Seperti sepeda motor yang harganya 15 juta. Namun dengan
uang muka yang murah sebesar Rp 500 ribu saja, motor baru pun sudah bisa dibawa
pulang ke rumah. Belum lagi munculnya mobil-mobil murah ramah lingkungan dengan
‘embel-embel’ LCGC (Low Cost Green Car).
Kehadiran mobil LCGC
sebenarnya semakin memancing masyarakat untuk membelinya dengan alasan murah,
ramah lingkungan, dan hemat bahan bakar. Sedangkan mobil LCGC di Indonesia
sendiri sekarang harganya berkisar 85-150 jutaan, yang (mungkin) harganya cukup
terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah. Hal tersebut secara tidak langsung
berpengaruh besar terhadap tingkat kemacetan. Karena semakin murah harga suatu
kendaraan, semakin banyak pula konsumen yang (akan) membeli.
6.Produksi
kendaraan bermotor yang tidak mungkin dihentikan. Karena jika dihentikan akan
ratusan ribu bahkan jutaan karyawan yang akan kehilangan pekerjaan karena
pabrik tempat mereka tutup yang disebabkan oleh berhenti produksi. Hal yang
mungkin dilakukan adalah penekanan atau meminimalisir penggunaan kendaraan
bermotor semaksimal mungkin. Maka dari itu pemerintah harus menyiapkan solusi
jitu untuk menekan penggunaan kendaraan bermotor di Indonesia. Upaya tersebut
seperti meningkatkan kualitas dan kuantitas angkutan umum dan transportasi
massal atau bahkan membangun transportasi massal yang kapasitasnya lebih besar.
Dari
beberapa poin di atas dapat kita simpulkan bahwa penyebab kemacetan lalu lintas
bisa disebabkan beberapa hal.Serta tidak bisa sepenuhnya kita menyalahkan
pemerintah dalam hal kemacetan.Karena bisa jadi kemacetan itu disebabkan oleh
kita sendiri.Maka dari itu perlu ada kerjasama antara pemerintah dengan
masyarakat dan saling mendukung untuk mengurangi kemacetan lalu lintas.
Sebenarnya
banyak solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas.
Mulai dari pembangunan infrastruktur jalan yang memadai sampai dengan
menggalakan penggunaan transportasi alternatif. Berikut beberapa solusi mengatasi
kemacetan.
1.Untuk
mengurangi kemacetan kita bisa menggunakan sepeda untuk beraktivitas. Jika
jarak dari rumah ke kantor atau sekolah cukup dekat sepeda bisa menjadi
alternatif kita dalam bepergian. Selain ramah lingkungan dan tidak menimbulkan
polusi,kita juga sambil berolah raga.
2.Pembangunan
jalur sepeda dan memperbanyak jalur sepeda di perkotaan. Karena jika fasilitas
untuk pengguna sepeda memadai bukan tidak mungkin, masyarakat akan menggunakan
sepeda sebagai alat transportasi utama jarak dekat. Selain itu rambu-rambu
untuk jalur sepeda juga harus dilengkapi dan diperbanyak.
3.Berjalan
kaki menuju suatu tujuan yang dekat. Mungkin cara ini bisa menjadi hal yang
sulit dan malas dilakukan untuk sebagian orang. Namun apa salahnya kita
mencoba. Selain itu dengan berjalan kaki, kita juga dapat menghemat ongkos
kendaraan.Apalagi sekarang pemerintah di berbagai daerah seperti Bandung
sedang gencar-gencarnya memperbaiki jalur pejalan kaki atau pedestrian untuk
membuat nyaman para pejalan kaki.
4.Menggunakan
bis kota atau transportasi massal lain untuk beraktivitas sehari-hari untuk
jarak cukup jauh di perkotaan. Tarif yang terjangkau juga bisa menjadi
pertimbangan anda untuk menggunakan transportasi ini. Apalagi bis kota sekarang
sudah dilengkapi fasilitas WIFI dan AC untuk memanjakan penumpangnya .
5.Penataran
dan pelatihan supir angkutan umum. Cara ini dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran, keterampilan,dan kedisiplinan para pengemudi
angkutan umum terhadap peraturan lalu lintas yang berlaku.
6.Pembangunan
transportasi massal. Cara ini dapat dikatakan sangat ampuh untuk mengatasi
kemacetan lalu lintas di kota-kota besar. Karena dengan transportasi massal
bisa mengangkut banyak orang atau penumpang. Selain itu,pemerintah juga harus
meningkatkan kualitas dan meningkatkan kuantitas transportasi umum atau
angkutan umum.
Banyak transportasi massal yang dapat digunakan masyarakat
diantaranya BRT (Bus Rapid Transit), Angkot (Angkutan Kota) yang bisa
digunakan sebagai feeder atau angkutan pengumpan BRT, dan LRT (Light
Rail Transit) atau kereta ringan perkotaan,yang sekarang sedang dibangun di
beberapa kota besar di Indonesia.Seperti di Jakarta, Palembang, Bandung, dan
Surabaya.
Jadi
masalah kemacetan ini menjadi masalah kita bersama yang harus kita selesaikan
bersama juga. Karena jika sudah ada rasa saling percaya antara pemerintah dan
masyarakat, bukan tidak mungkin masalah ini dapat dipecahkan. Bagi pemerintah
tugas terberatnya adalah meyakinkan dan mengubah pola pikir masyarakat untuk
menggunakan transportasi massal atau angkutan umum atau transportasi massal.
Peningkatan kualitas sarana dan prasarananya menjadi kunci utama. Jika pemerintah
sudah bisa meyakinkan masyarakat, masyarakat pun secara perlahan akan
menggunakan transportasi massal. Bahkan bukan tidak mungkin tingkat kemacetan
bisa turun drastis.
Sedangkan
bagi kita sendiri sangat berat tugasnya, yaitu mengubah mindset kita
menggunakan transportasi massal. Maukah kita menggunakan transportasi massal
dan alternatif jika kualitas sarana dan prasarana penunjang sudah baik?
Tentunya jawabannya ada pada anda sendiri. Jika kita mulai terbiasa menggunakan
transportasi massal atau alternatif biasanya orang lain juga akan melihatdan
mengikuti hal yang sama.
Jadi
jangan gengsi untuk menggunakan transportasi massal dan transportasi alternatif
lain. Karena masih banyak di antara kita yang mungkin gengsi menggunakan
transportasi massal atau transportasi alternatif.Jika memang kualitas sarana
dan prasarana transportasi massal dan transportasi alternatif sudah memadai dan
baik, tidak alasan bagi kita untuk tidak menggunakan transportasi massal
tersebut. Karena hanya diri kita yang mampu mengubah sesuatu dan dengan cara
tersebut masalah kemacetan dapat kita kurangi.
Artikel
ini saya buat sekadar untuk mengungkapkan opini saya. Untuk para pembaca
mungkin bisa ikut mengungkapkan opininya masing-masing di kolom komentar
Sekian dan terima kasih. Mohon maaf bila ada kata-kata yang menyinggung dan tidak pantas.
MARILAH KURANGI KEMACETAN DARI KITA SENDIRI!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar