Minggu, 09 Oktober 2016

Kemacetan, Antara Pemerintah, Masyarakat, dan Solusi

Kemacetan menjadi masalah klasik bagi kota-kota besar di dunia terutama di Indonesia. Bagi kota-kota besar bahkan kota metropolitan, kemacetan seperti sudah menjadi ‘keluarga’ yang tak dapat dipisahkan dari kota tersebut. Seakan tak ada habisnya, semakin hari kemacetan semakin menjadi seperti siluman yang menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat urban.

Bagi masyarakat perkotaan terutama,kemacetan mungkin bisa berbuah malapetaka pada hidup mereka. Pasalnya banyak waktu yang terbuang di jalanan hanya untuk ‘menikmati’ kemacetan padahal tugas dan pekerjaan mereka di kantor sudah menanti dengan setia. Bagi mereka membuang-buang waktu hingga berjam-jam di jalanan karena kemacetan sama halnya dengan membuang-buang ‘rupiah’ yang mereka cari.

Namun pertanyaannya apa dan siapa penyebab kemacetan lalu lintas? Pertanyaan tersebut seakan belum terjawab sampai sekarang. Jika kita (hanya) melihat dari satu sisi, pasti titik permasalahan kemacetan (semuanya) berada di pemerintah. Namun marilah kita berpikir tidak hanya dari satu sisi. Mari kita berpikir terbuka terkait masalah ini. Ada beberapa penyebab kemacetan sebenarnya. Tidak semuanya kita dapat menyalahkan pemerintah. Bisa jadi penyebab kemacetan itu karena ulah dan perilaku bahkan mindset kita sendiri.

Berikut saya uraikan apa dan siapa penyebab kemacetan lalu lintas.Mungkin dapat membantu anda untuk lebih berpikir terbuka. 

   1.Penyebab kemacetan bisa disebabkan oleh jumlah kendaraan yang tak sebanding dengan panjang jalan yang tersedia. Jumlah kendaraan yang sangat banyak berpotensi bahkan menjadi penyebab kemacetan yang utama.Jumlah kendaraan yang semakin hari semakin meningkat tak dibarengi dengan penambahan panjang jalan raya. Sebagai contoh,kita pilih DKI Jakarta yang pertumbuhan kendaraan mencapai 20% setiap tahun. DKI Jakarta dipenuhi 13 juta unit kendaraa bermotor, terdiri 10 juta unit sepeda motor dan 3 juta unit mobil.
    
    Setiap harinya pertambahan jumlah kendaraannya sangat fantastis. Sedangkan penambahan jalan hanya sekitar 0,5% setiap tahunnya. Bayangkan saja menurut data Polda Metro Jaya setiap harinya terdapat 2000 kendaraan baru di Jakarta. Terdiri dari 1500 sepeda motor dan 500 kendaraan roda empat. Jika kita hitung dan kita kalikan setahun akan muncul jumlah yang cukup mencengangkan .2000 kendaraan/perhari x 365 hari= 730000 unit kendaraan bermotor dan angka tersebut cukup tinggi dan fantastis. Bisa kita perkirakan dalam waktu 4-5 tahun saja akan bertambah sebanyak 3 juta kendaraan lebih. Apalagi pertumbuhan kendaraan bermotor setiap tahunnya meningkat.

   2.Perilaku pengemudi juga berperan besar dalam masalah kemacetan. Perasaan tidak sabar dan tidak tertib dalam mengemudi menjadi penyebab kemacetan. Kebiasaan menerobos lampu merah dan mengemudi dengan kecepatan tinggi yang berpotensi menyebabkan kecelakaan,bisa turut menyumbang penyebab kemacetan. Menerobos lampu merah dapat menyebabkan arus kendaraan dari arah lain akan terhambat. Bahkan ada seorang warga asing yang kesal dengan pengemudi Indonesia yang mengemudi secara zig-zag yang sebenarnya dapat membahayakan juga. Jika mengemudi secara zig-zag di jalanan,kita dapat membuat jalan menjadi kacau. Karena biasanya kendaraan yang ada di belakang kita akan mengikuti hal yang sama,sehingga menghambat kendaraan lain yang jalannya tertutup karena pengemudi yang berjalan zig-zag.     

   3.Ulah supir angkutan umum yang tidak tertib menjadi salah satu penyebab kemacetan lalu lintas. Mayoritas pengemudi angkutan umum di kita tidak tertib dalam mengemudi dan dalam peraturan. Mereka seolah-olah tidak peduli atau bahkan tidak mengerti arti rambu-rambu lalu lintas yang terpampang.Contohnya angkutan kota  yang biasa kita sebut angkot yang berhenti di bawah  rambu larangan STOP. Mayoritas para pengemudinya tidak taat peraturan. Mereka beralasan berhenti di situ karena menunggu penumpang dan tak ada tempat lain untuk menunggu penumpang.Padahal sudah disediakn halte untuk pemberhentian angkutan umum. Namun ada juga supir angkutan umum yang tertib dalam berkendara dan menaati rambu-rambu yang patut kita apresiasi.

  4.Mindset kita sendiri. Mindset atau pola pikir kita menjadi yang paling penting dalam masalah ini.Masih banyak masyarakat kita yang ber-mindset bahwa menggunakan kendaraan pribadi lebih cepat dan efisien waktu.Namun tanpa disadari mereka sendiri juga telah menyumbang kemacetan. Bayangkan jika suatu kota berpenduduk 2 juta jiwa hampir 80% menggunakan kendaraan pribadi,pasti akan menimbulkan kemacetan yang cukup parah.Yang terpenting saat ini adalah bagaimana cara mengubah pola pikir kita untuk menggunakan dan mulai beralih ke angkutan umum atau transportasi massal.

     Jika suatu kota terdapat bis kota atau Bus Rapid Transit (BRT) berkapasitas 80 orang dan itu bis tersebut terisi penuh,itu sama dengan  mengurangi 40 mobil di jalan raya yang rata-rata berisi 2 penumpang. Karena dengan menggunakan angkutan umum atau transportasi massal kita juga turut berperan mengurangi kemacetan.

      Transportasi massal atau angkutan umum yang belum memadai dan belum memuaskan bisa  menjadi bahan paertimbangan masyarakat untuk belum bahkan tidak menggunakan trasnportasi massal. Mulai dari sarana dan prasarana penunjang harus ditingkatkan dan diperbaiki pemerintah. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas transportasi massal agar masyarakat secara perlahan (mau) berpindah ke trasnportasi massal tersebut.

  5.Syarat pembelian kendaraan bermotor yang cukup murah menjadi suatu masalah yang juga patut diperhatikan. Seperti sepeda motor yang harganya 15 juta. Namun dengan uang muka yang murah sebesar Rp 500 ribu saja, motor baru pun sudah bisa dibawa pulang ke rumah. Belum lagi munculnya mobil-mobil murah ramah lingkungan dengan ‘embel-embel’ LCGC (Low Cost Green Car).
  
     Kehadiran mobil LCGC sebenarnya semakin memancing masyarakat untuk membelinya dengan alasan murah, ramah lingkungan, dan hemat bahan bakar. Sedangkan mobil LCGC di Indonesia sendiri sekarang harganya berkisar 85-150 jutaan, yang (mungkin) harganya cukup terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah. Hal tersebut secara tidak langsung berpengaruh besar terhadap tingkat kemacetan. Karena semakin murah harga suatu kendaraan, semakin banyak pula konsumen yang (akan) membeli.

  6.Produksi kendaraan bermotor yang tidak mungkin dihentikan. Karena jika dihentikan akan ratusan ribu bahkan jutaan karyawan yang akan kehilangan pekerjaan karena pabrik tempat mereka tutup yang disebabkan oleh berhenti produksi. Hal yang mungkin dilakukan adalah penekanan atau meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor semaksimal mungkin. Maka dari itu pemerintah harus menyiapkan solusi jitu untuk menekan penggunaan kendaraan bermotor di Indonesia. Upaya tersebut seperti meningkatkan kualitas dan kuantitas angkutan umum dan transportasi massal atau bahkan membangun transportasi massal yang kapasitasnya lebih besar.

    Dari beberapa poin di atas dapat kita simpulkan bahwa penyebab kemacetan lalu lintas bisa disebabkan beberapa hal.Serta tidak bisa sepenuhnya kita menyalahkan pemerintah dalam hal kemacetan.Karena bisa jadi kemacetan itu disebabkan oleh kita sendiri.Maka dari itu perlu ada kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dan saling mendukung untuk mengurangi kemacetan lalu lintas.

Sebenarnya banyak solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas. Mulai dari pembangunan infrastruktur jalan yang memadai sampai dengan menggalakan penggunaan transportasi alternatif. Berikut beberapa solusi mengatasi kemacetan.

  1.Untuk mengurangi kemacetan kita bisa menggunakan sepeda untuk beraktivitas. Jika jarak dari rumah ke kantor atau sekolah cukup dekat sepeda bisa menjadi alternatif kita dalam bepergian. Selain ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi,kita juga sambil berolah raga.

  2.Pembangunan jalur sepeda dan memperbanyak jalur sepeda di perkotaan. Karena jika fasilitas untuk pengguna sepeda memadai bukan tidak mungkin, masyarakat akan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi utama jarak dekat. Selain itu rambu-rambu untuk jalur sepeda juga harus dilengkapi dan diperbanyak.

  3.Berjalan kaki menuju suatu tujuan yang dekat. Mungkin cara ini bisa menjadi hal yang sulit dan malas dilakukan untuk sebagian orang. Namun apa salahnya kita mencoba. Selain itu dengan berjalan kaki, kita juga dapat menghemat ongkos kendaraan.Apalagi sekarang pemerintah di berbagai daerah seperti Bandung  sedang gencar-gencarnya memperbaiki jalur pejalan kaki atau pedestrian untuk membuat nyaman para pejalan kaki.

  4.Menggunakan bis kota atau transportasi massal lain untuk beraktivitas sehari-hari untuk jarak cukup jauh di perkotaan. Tarif yang terjangkau juga bisa menjadi pertimbangan anda untuk menggunakan transportasi ini. Apalagi bis kota sekarang sudah dilengkapi fasilitas WIFI dan AC untuk memanjakan penumpangnya .

  5.Penataran dan pelatihan supir angkutan umum. Cara ini dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran,  keterampilan,dan kedisiplinan para pengemudi angkutan umum terhadap peraturan lalu lintas yang berlaku.

  6.Pembangunan transportasi massal. Cara ini dapat dikatakan sangat ampuh untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di kota-kota besar. Karena dengan transportasi massal bisa mengangkut banyak orang atau penumpang. Selain itu,pemerintah juga harus meningkatkan kualitas dan meningkatkan kuantitas transportasi umum atau angkutan umum. 
    
     Banyak transportasi massal yang dapat digunakan masyarakat diantaranya BRT (Bus Rapid Transit), Angkot (Angkutan Kota) yang bisa digunakan sebagai feeder atau angkutan pengumpan BRT, dan LRT (Light Rail Transit) atau kereta ringan perkotaan,yang sekarang sedang dibangun di beberapa kota besar di Indonesia.Seperti di Jakarta, Palembang, Bandung, dan Surabaya.

Jadi masalah kemacetan ini menjadi masalah kita bersama yang harus kita selesaikan bersama juga. Karena jika sudah ada rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat, bukan tidak mungkin masalah ini dapat dipecahkan. Bagi pemerintah tugas terberatnya adalah meyakinkan dan mengubah pola pikir masyarakat untuk menggunakan transportasi massal atau angkutan umum atau transportasi massal. Peningkatan kualitas sarana dan prasarananya menjadi kunci utama. Jika pemerintah sudah bisa meyakinkan masyarakat, masyarakat pun secara perlahan akan menggunakan transportasi massal. Bahkan bukan tidak mungkin tingkat kemacetan bisa turun drastis.

Sedangkan bagi kita sendiri sangat berat tugasnya, yaitu mengubah mindset kita menggunakan transportasi massal. Maukah kita menggunakan transportasi massal dan alternatif jika kualitas sarana dan prasarana penunjang sudah baik? Tentunya jawabannya ada pada anda sendiri. Jika kita mulai terbiasa menggunakan transportasi massal atau alternatif biasanya orang lain juga akan melihatdan mengikuti hal yang sama. 

Jadi jangan gengsi untuk menggunakan transportasi massal dan transportasi alternatif lain. Karena masih banyak di antara kita yang mungkin gengsi menggunakan transportasi massal atau transportasi alternatif.Jika memang kualitas sarana dan prasarana transportasi massal dan transportasi alternatif sudah memadai dan baik, tidak alasan bagi kita untuk tidak menggunakan transportasi massal tersebut. Karena hanya diri kita yang mampu mengubah sesuatu dan dengan cara tersebut masalah kemacetan dapat kita kurangi.

Artikel ini saya buat sekadar untuk mengungkapkan opini saya. Untuk para pembaca mungkin bisa ikut mengungkapkan opininya masing-masing di kolom komentar 

 Sekian dan terima kasih. Mohon maaf bila ada kata-kata yang menyinggung dan tidak pantas.

MARILAH KURANGI KEMACETAN DARI KITA SENDIRI!